anti klik kanan

Jumat, 22 Juli 2011

MoNuMeN soco saksi keganasan Partai Komunis Indonesia



Monumen soco di magetan merupakan salah satu obyek wisata sejarah yang berdada di kabupaten yang bermotto MITRA (magetan, indah, tertib, rapi, dan aman) ini. Di mana tempat wisata ini merupakan tempat terjadinya tragedi berdarah dari keganasan pemberontakan PKI tahun 1948. Tempat wisata sejarah ini berada di desa doco kecamatan Bendo, 200 meter sebelah selatan lanud iswahyudi Maospati atau + - 15 Km arah timur dari pusat kota Kabupaten Magetan. Salah satu saksi yang ada di monumen ini adalah berupa gerbong Kereta Api "Kertopati". Dan dua sumur tempat pembuangan 108 mayat-mayat yang dibantai oleh PKI. Gerbong ini digunakan untuk mengangkut para korban keganasan PKI, yang terjadi di madiun. Sebuah saksi bisu yang juga mencerminkan kisah nan mengiriskan hati, ini akan membuat kita mengingat dan mengimajinasi masa lampau.
        Monumen bisa jadi sesuatu sejarah nan sangat berbeda, selain gerbong kereta. Di monumen ini juga terdapat sumur yang menjadi tempat pembuangan mayat-mayat korban PKI. Menurut warga sekitar banyak yang menjadikan tempat ini sebagai tempat keramat, karena banyaknya korban serta kemistisan yang sudah mulai tertanam di pikiran warga sekitar. Selain monumen ini menjadi bukti sejarah, juga menjadi andalan dari desa soco ini. Karena banyak siswa-siswa maupun mahasiswa lokal yang melakukan pembelajaran, ataupun penelitian ke tempat ini.
        Sementara itu terjadinya pembantaian di soco ini lantaran letak soco yang strategis dan dekat dengan lapangan udara dan dipenuhi tegalan yang banyak sumurnya, menjadikan kawasan itu layak dijadikan tempat pembantaian. Apalagi desa ini juga dilewati rel kereta lori pengangkut tebu ke Pabrik Gula Glodok, Pabrik Gula Kanigoro dan juga Pabrik Gula Gorang-gareng. Gerbong kereta lori dari Pabrik Gula Gorang-gareng itulah yang dijadikan kendaraan mengangkut para tawanan untuk dibantai di sumur tua di tengah tegalan Desa Soco.
        Di sumur tua desa Soco ditemukan tak kurang dari 108 jenazah korban kebiadaban PKI. Sebanyak 78 orang diantaranya dapat dikenali, sementara sisanya tidak dikenal. Sumur-sumur tua yang tak terpakai di desa Soco memang dirancang oleh PKI sebagai tempat pembantaian massal sebelum melakukan pemberontakan. Beberapa nama korban yang menjadi korban pembantaian di Desa Soco adalah Bupati Magetan Sudibjo, Jaksa R Moerti, Muhammad Suhud (ayah mantan Ketua DPR/MPR, Kharis Suhud), Kapten Sumarno dan beberapa pejabat pemerintah serta tokoh masyarakat setempat termasuk KH Soelaiman Zuhdi Affandi, pimpinan Pondok Pesantren ath-Thohirin Mojopurno, Magetan.
        Di Soco sendiri terdapat dua buah lubang utama yang dijadikan tempat pembantaian. Kedua sumur tua itu terletak tidak jauh dari rel kereta lori pengangkut tebu. Para tawanan yang disekap di Pabrik Gula Rejosari diangkut secara bergiliran untuk dibantai di Desa Soco. Selain membantai para tawanan di sumur Soco, PKI juga membawa tawanan dari jalur kereta yang sama ke arah Desa Cigrok. Kini, desa Cigrok dikenal dengan nama Desa Kenongo Mulyo. Terungkapnya sumur Soco sebagai tempat pembantaian PKI bermula dari igauan salah seorang anggota PKI yang turut membantai korban. Selang seratus hari setelah pembantaian di sumur tua itu, anggota PKI ini mengigau dan mengaku ikut membantai para tawanan.
        Setelah diselidiki dan diinterogasi, akhirnya dia menunjukkan letak sumur tersebut. Sekalipun letak sumur telah ditemukan, namun penggalian jenazah tidak dilakukan pada saat itu juga, tapi beberapa tahun kemudian. Hal ini disebabkan oleh kesibukan pemerintah RI dalam melawan agresi Belanda yang kedua. Sekitar awal tahun 1950-an, barulah sumur tua desa Soco digali. Penggalian sumur dilakukan tidak dari atas, namun dari dua arah samping sumur untuk memudahkan pengangkatan dan tidak merusak jenazah. Penggali sumur dibagi dalam dua kelompok yang masing-masing terdiri dari enam orang.
        Mayat-mayat yang di gali pada waktu itu sudah dalam keadaan hancur lebur seperti tape ketela. Daging dan kulit jenazah hanya menempel sedikit diantara tulang-belulang. Di kedalaman sumur yang sekitar duabelas meter, regu pertama menemukan 78 mayat, sementara regu kedua menemukan 30 mayat. Semua jenazah dihitung hanya berdasarkan tengkorak kepala, karena tubuh para korban telah bercampur-aduk sedemikian rupa.
        Sebuah tetenger (atau penanda jika dalam bahasa insonesia) berdiri di Monumen Soco. Tingginya sekitar dua meter. Di puncaknya ada lambang negara, burung Garuda. Di samping kanan tugu tersebut, ada prasasti. Itu berisi ”Daftar Nama Korban Keganasan PKI 1948”. Di bawah tetenger atau tugu itulah, sebanyak 108 mayat penduduk ditemukan tak bernyawa dengan tubuh penuh luka. Mereka ini menjadi korban keganasan Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan Muso, yang ingin mendirikan negara Soviet Republik Indonesia (SRI), dengan ibukota yang rencananya di Madiun.
        Semoga hal ini tidak lagi terulang di tanah air kita, dan biarlah sejarah ini menjadi warna serta warisan leluhur kita. Salam visit to Magetan ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar